Home / Berita Bola / Perjuangan Timnas Bersama Indra Sjafri Harapan Yang Tinggi

Perjuangan Timnas Bersama Indra Sjafri Harapan Yang Tinggi

Perjuangan Timnas Bersama Indra Sjafri Harapan Yang Tinggi – Pergi tiada sorotan terlalu berlebih, Tim nasional Indonesia mengakhiri pekerjaan dengan mengukir tinta emas menjadi juara di Piala AFF U-22 2019. Harapan dengan kandungan yang pas pun semestinya dipasang waktu memberi dukungan Scuad Merah Putih yang mentas di Kwalifikasi Piala Asia U-23 di Hanoi minggu ini.

Tiga pertandingan Tim nasional di Kwalifikasi Piala Asia 2020 Thailand yang digelar di Stadion My Dinh, Hanoi telah di muka mata. Team bimbingan Indra Sjafri itu dinanti duel dengan Thailand, Vietnam, serta Brunei Darussalam.

Indonesia dapat memegang ticket ke Piala Asia U-23 itu dengan erat bila jadi juara group di Kwalifikasi itu. Langkah lainnya pun masih tetap terbuka, yaitu jadi runner-up group dengan catatan Thailand, sebagai tuan-rumah Piala Asia 2020, keluar menjadi juara Group K.

Tiga team lawan di Group K bukan team asing. Mengacu kemenangan Tim nasional di Piala AFF U-22, yang sejumlah besar pemainnya menguatkan Tim nasional di Hanoi ini, Thailand serta Vietnam dapat ditangani. Sesaat, Brunei Darussalam, yang mempunyai pemain sepakbola paling kaya dalam dunia itu, Faiq Bolkiah, yang disebut keluarga sultan, diatas kertas dapat ditaklukkan.

Ditambah lagi, Indonesia di isi scuad juara plus plus, plus Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani, serta Ezra Walian. Mereka pun diatasi pelatih yang sama, Indra Sjafri. Kesolidan serta kepaduan tidak butuh dibuat dari 0 kembali, kan?

Tetapi…, ya ada tetapi, supaya detikers tidak kecewa-kecewa sangat kalau Tim nasional tidak maju ke Piala Asia.

Dari beberapa alat online Vietnam serta Thailand menyebutkan bila mereka mengubah pemain ke Piala Asia. Mereka di dukung scuad yang lebih keren daripada di Piala AFF waktu Indonesia juara itu. Bisa saja sich saat itu mereka melayani perkataan PSSI yang sebatas jadikan Piala AFF menjadi kompetisi eksperimen. Sesaat, Kwalifikasi Piala Asia mulai 22-26 Maret itu jadi jalan hidup mati untuk tampil di Piala Asia 2020.

Nah, saya ajak untuk bangun keinginan yang biasa saja pada Tim nasional. Bisa saja, harapan yang biasa saja malah membuat Tim nasional kita tampil sip sama dengan Piala AFF U-22 itu kan? Pun, itu barusan, supaya tidak sedih berat bila akhirnya, seperti yang sudah-sudah, tidak sesuai dengan keinginan.

Menjadi pengantar, saya akan menyediakan satu rumus. Cuma untuk deskripsi saja, berbentuk pembagian matematika simpel.

Rumus ini terkait dengan harapan, usaha, serta hasil. Semacam ini:

[Usaha : (dibagi) Harapan = (sama juga dengan) Hasil]

Menjadi penjelasan dari rumus ini, katakanlah bilangan dari usaha ialah 1, lantas harapan 2, jadi 1:2 = 0,5.

Jika upayanya 1, harapan 1, akhirnya 1:1= 1. Hasil, usaha serta harapan angkanya sama besar.

Satu kembali. Jika usaha 1, harapan 0. Dengan rumus itu serta menurut pengetahuan matematika, 1:0 = tidak terhingga.

Rumus paling akhir mungkin yang berlangsung di Tim nasional U-22 garapan Indra Sjafri. Masih tetap fresh di daya ingat saya jika pelatih dari Padang itu hanya jadikan arena di Phnom Penh, Kamboja, bulan lantas itu menjadi arena eksperimen ke arah kwalifikasi Piala Asia 2020.

Pengakuan rasional saya pikir. Persiapan ke arah kompetisi minim, tidak ada eksperimen internasional, ditambah tiga hasil imbang waktu menantang club Liga 1 mendekati keberangkatan ke Kamboja.

Dua hasil imbang di laga pertama babak Group Piala AFF waktu berduel dengan Myanmar serta Malaysia, semakin membuat harapan untuk berprestasi tinggi dari sejumlah besar beberapa penggemar Garuda Muda berada di titik paling rendah.

Perihal ini pula yang dibayar tunai oleh Indra Sjafri serta beberapa pemain pilihannya. Kamboja dikalahkan untuk mengamankan ticket ke semi final.

Sesudah itu, Vietnam ditumbangkan di set empat besar. Lantas, comeback atas Thailand pastikan titel juara Piala AFF U-22 yang perdana buat Indonesia.

Saya jadi salah satunya orang yang mujur dapat jadi saksi pesta Sani Rizki Fauzi dkk langsung dari podium Olympic Fase, Phnom Penh, 26 Februari 2019.

Pesta juga diawali, penjaga gawang Tim nasional U-22, Awan Setho Raharjo, pemain pertama yang sukses saya mintai dikit komentar.

“Ini adalah buah usaha keras dari semua, pelatih, ofisial, manajemen, serta pemain sendiri. Alhamdulillah kami dapat menunjukkan ke penduduk jika kami dapat,” katanya waktu itu.

Semenjak 2013, Tim nasional grup usia pun dilihat penggemar bola Tanah Air. Keberhasilan Evan Dimas Darmono cs jadi juara Piala AFF U-19 jadi oase di dalam kemiskinan prestasi dari sepakbola.

Kesuksesan team yang dilatih Indra Sjafri itu lalu dilanjutkan dengan kesuksesan meluncur ke putaran final Piala Asia U-19.

Pada set kwalifikasi yang berjalan di Stadion Penting Gelanggang olahraga Bung Karno (SUGBK), Indonesia menggebuk Korea Selatan dengan score 2-3. Indonesia memeragakan style main yang mengesankan, sampai harapan beberapa simpatisan juga semakin tinggi. Menguber ambisi untuk lolos Piala Dunia U-20.

Persiapan panjang juga dikerjakan, hasil kompetisi di Myanmar pada 2014 tidak sesuai dengan harapan. Indonesia tidak berhasil lolos group, bahkan juga menyandang status juru kunci group sesudah kalah dari Australia, Uni Emirat Arab, serta Uzbekhistan.

Saya jadi saksi langsung kegagalan Tim nasional U-19 waktu itu. Permainan Evan Dimas cs menang tidak semulus di Piala AFF satu tahun awal mulanya.

Prestasi yang pasti jauh dari harapan. Keinginan untuk bertanding di pesta sepakbola sejagat pupus, walau masih tetap di level U-20.

Pasang-surut lalu berlangsung di sepakbola Indonesia saat itu. Titik nadirnya waktu disanksi FIFA. Simpatisan Tim nasional juga mesti istirahat nyetadion.

Sesudah sangsi dicabut pada 2016, Indonesia langsung repot. Tim nasional senior jadi yang pertama bertanding. Ajangnya, ya jelas, Piala AFF, level Tim nasional kita memang masih tetap bergelut di Asia Tenggara.

Alfred Riedl sebagai pelatihnya, dengan scuad hanya terbatas sebab klub-klub hanya ingin melepas dua pemain.

Tiada harapan yang tinggi, Indonesia maju ke final. Riedl telah katakan semenjak awal, laju Indonesia ini surprise sebab hampir jadi juara.

Waktu itu, Indonesia tinggal berjarak satu pertandingan dari mengusung piala. Euforia di semua negeri jadi beban selesai kemenangan 2-1 di Stadion Pakansari, Cibinong di leg I set puncak.

Keluarga pemain dihadirkan ke Bangkok, untuk memberikan suport langsung. Mimpi untuk membawa pulang Piala AFF untuk kali pertamanya ke Indonesia pupus sesudah kalah 0-3 di Rajamangala.

Harapan tinggi yang tidak dapat dipenuhi level senior itu lalu ditanggung ke juniornya. Tim nasional U-16 jadi salah satunya team yang perlu menanggung beban berat.

Selesai juara Piala AFF U-16 2018 di Sidoarjo, Jawa Timur, Amiruddin Bagus Kahfi Alfikri cs dibebani tujuan ke Piala Dunia U-17 waktu bertanding di Piala Asia U-16 di Malaysia tahun kemarin.

Team bimbingan Fakhri Husaini itu berhenti di set perempatfinal. Mereka ditaklukkan Australia di delapan besar itu. Dengan laju itu, Tim nasional juga tidak berhasil penuhi prasyarat ke Piala Dunia U-17, sebab cuma semifinalis dari Asia yang memiliki hak bermain disana.

Publik juga mengutarakan kekecewaan berdasar hasil Bagas-Bagus dkk itu di sosial media. Walau sebenarnya, semenjak awal, dalam salah satunya session jumpa wartawan, Fakhri telah minta supaya fans menahan harapan tinggi. Itu supaya Tim nasional U-16 tampil tiada bebas. Bisa saja Fakhri pun tidak ingin supporter Indonesia memetik kekecewaan.

“Ya, umur 16 tahun itu umur development, bukan bicara hasil. Tetapi ini sebetulnya telah terbalik, beban sepak bola tim nasional [senior] itu ditanggung pada Tim nasional Indonesia U-16. Ini salah sebetulnya, bukan kami yang mengusung harkat martabat sepakbola Indonesia,” kata Fakhri.

Mimpi untuk lolos Piala Dunia pun belum juga dapat diwujudkan oleh Indra Sjafri tahun kemarin. Jadi tuan-rumah Piala Asia U-19, Indonesia di stop Jepang di set perempatfinal. Tujuan tinggi PSSI meleset kembali.

Berkaca dari kegagalan-kegagalan itu, Tim nasional U-22 harus dikasih bagian harapan sesuai dengan dosisnya.

Marinus Maryanto Wanewar dkk telah ada di Hanoi untuk melakukan Kwalifikasi Piala Asia U-22. Indonesia segrup dengan Thailand, Vietnam, serta Brunei Darussalam. Jelas bukan group yang gampang untuk Tim nasional U-23, walau memiliki modal cukuplah oke dengan catatan 11 kali bermain tiada kekalahan.

Saya hanya ingin memperingatkan supaya membuat harapan pada Tim nasional U-23 seminimal mungkin. Biarkanlah Marinus dkk bermain terlepas.

Semenjak ‘mengawal’ Tim nasional mulai 2014, saya jadi saksi kegagalan-kegagalan karena harapan yang sangat tinggi itu. Kekecewaan yang makin bertambah waktu lihat kerja PSSI yang menaungi Tim nasional itu.

Satu kebahagiaan tanpa tara saya tuai saat malah tidak mengharap lebih pada Tim nasional U-22 di Piala AFF U-22. Mereka juara di Kamboja. Suka rasa-rasanya lihat mereka berkalung medali, mengusung trofi, serta diguyur konfeti.

Rumus ini kelihatannya mesti digunakan kembali, [usaha:ekspektasi=hasil]. Biarkanlah Tim nasional U-23 lakukan usaha sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Katakanlah itu satu. Jadi, supaya akhirnya tidak terhingga, harapan mesti dijaga masih seminimal mungkin atau 0. Itu saja.

Selamat berusaha, Tim nasional U-23!

About penulis